TAK ada yang spesial dengan Iwan Fals pada gitar akustiknya, karena sang musisi folk ini memang kerap dikenal dengan gitar akustik dan harmonikanya. Namun yang membedakan penampilan Iwan Fals pada Senin [31/05] malam itu dengan yang konser-konsernya yang megah adalah keintiman yang luar biasa indahnya. Ini semua terjadi dalam 'I Like Monday'-Hard Rock. Iwan Fals menjadi penampil kesekian dalam rangkaian seri I Like Monday, acara khas Hard Rock Cafe Jakarta yang baru kali ini digelar setelah sekian lama hibernasi. Sebelumnya, 17 Mei lalu, I Like Monday yang hadir dengan tema 'Unplugged Series 2010' ini sempat menghadirkan Slank yang ramai dipadati banyak orang. Sama seperti Slank, penampilan Iwan Fals malam itu pun juga penuh dijejali banyak orang, dari fans, jurnalis dan para tamu yang datang malam itu. Nikmatnya menonton Iwan Fals di panggung seperti Hard Rock adalah kita mendapatkan kita mendapatkan interaksi yang hangat. Disana ada celotehan Iwan Fals, sindiran-sindiran kepada tokoh politik tertentu, petuah-petuah bijaknya, tak ketinggalan emosi yang tergambar dalam mimiknya, senar gitar yang putus, semua terekam jelas dengan pandangan tak terlalu jauh. Membuka dengan “Mata Indah Bola Pimpong”, penonton diajak untuk kembali ke tahun 1987, ketika album Wakil Rakyat dirilis. Penonton pun tumnpah ruah dalam koor besar yang membahana di seluruh sudut ruangan Hard Rock. Kurang lebih 10 lagu dialunkan Iwan malam itu, semua ada dari lagu tema cinta [“Aku Bukan Pilihan”, “Ijinkan Aku Mencintaimu”], kritik sosial dan politik [“Guru Oemar Bakrie”, “Pesawat Tempur”,”Tikus Kantor”, “Bento”], dan lingkungan [“Tanam Siram”]. Selain Tanam Siram, “^O^” adalah lagu baru dari album barunya bertajuk Keseimbangan. Selain senar putus, aksi spontan lemparan uang dari penonton ke arah panggung saat reff “penguasa-penguasa berilah hambamu uang” di lagu “Pesawat Tempur” menjadi pemandangan menarik, selain pengantar di tiap lagu dan aksi harmonikanya yang bukan main nikmat terdengar. Usai lagu terakhir, demi melepas rasa dahaga penonton yang ingin meminta lebih, sebuah intro akustik Iwan dan gitaris Totok Tewel, melantukan “Satu-Satu” sebagai penutup yang manis. Saat Iwan Fals berakustik, ada seribu satu kenangan berbekas disana, termasuk Senin malam kemarin.|Mpim |
Sabtu, 14 Mei 2011
Saat Iwan Fals Berakustik
Senin, 25 April 2011
Rela Sakit Keras Untuk Berfoto Bersama Iwan
Siapa yang tak mengenal sosok Iwan Fals, pria yang bersuara lantang dan kharismatik ini memang menjadi Maestro dalam belantika musik Indonesia. lagu lagunya yang bernada sumbang dan banyak mengkritik tentang sosial dan keadaan di negeri ini menjadi salah satu ciri khasnya, sebut saja lagu Bento, Guru Oemar Bakrie, Surat Buat Wakil Rakyat, dan beberapa lainnya. banyak menginspirasi para penikmat lagu lagu pria yang gemar olah raga taekwondo ini. selain itu, kesederhanaan dan cara pandang hidup yang begitu sederhana dan penuh cinta menjadi jati diri dari Bapak tiga anak ini. sedikit bercerita tentang penulis, maka tak salah jika sosok Virgiawan Listanto ( Iwan Fals ) telah menginspirasi dalam kehidupan banyak orang demikian pula dalam kehidupan penulis sendiri.
sekitar pertengahan tahun 1998, tepatnya waktu itu masih duduk di kelas Empat SD. pertama kali saya mengenal lagu Iwan Fals, berawal dari mendengar lagu "IBU" di rumah seorang kawan yang tak jauh dari rumah. Awalnya sempet bingung dan bertanya tanya, " lagu siapa nihh.. ?" enak juga !! karena waktu itu saya bener bener gak tahu sosok Iwan. saya bertanya pada kawan yang usianya jauh lebih tua diatas saya, " lagu Iwan Fals ". jawab kawan dengan lantang ! waktu itu baru lagu "IBU" saja yang saya suka, mungkin karena lagunya yang enak dan liriknya yang sedikit mengena buat saya pribadi. setiap lagu "IBU" habis terputar tak ragu saya memutar kembali lagu "IBU", maklum waktu itu masih jaman jamannya kaset. sampai saya bosan dan liriknya mulai sedikit nyangkut di otak... mulai dari situlah saya mulai minjem minjem kaset Iwan dari kawan rumah maupun sekolah dan saya puter dirumah. lambat laun saya mulai suka lagu lagu Iwan yang lainnya, seperti Buku Ini Aku Pinjam, ENTAH, Oemar Bakrie Pesawat Tempur dan lagu Iwan lainnya. benih kecintaan terhadap Iwan mulai tumbuh dalam diri saya, rasa ingin tahu lebih dalam tentang Iwan semakin besar. waktu itu belum jamannya internet ataupun handphone, jadi saya banyak cari tahu tentang Iwan dari kawan kawan disekitar lingkungan rumah ataupun disekolah. selain cari tahu tentang sosok Iwan saya mulai menjalar dengan mengkoleksi Foto, Sticker, tulisan tulisan, kaset dan lainnya yang berbau Iwan Fals. Rasa kagum saya tak hanya sampai disitu, rasa ingin lebih mengenal sosok Iwan Fals semakin besar, saya mulai mengikuti setiap konser konser Iwan yang diadakan dirumahnya yakni di Desa Leuwinanggung-Depok, waktu itu sekitarawal tahun dua ribuan.
setiap kegiatan yang di adakan oleh pihak Iwan atau menejemennya selalu saya update. namun dari awal saya mengenal Iwan sampai saat ini sampai tulisan ini saya buat, dari setiap konser ataupun acara Iwan yang saya ikuti belum pernah ada kesempatan buat saya pribadi untuk dapat berfoto berdua bersama Iwan Fals, hanya baru dapat merasakan berjabat tangan secara eksklusif dengan Sang Maestro saja, karena yang saya tahu memang sosok Iwan Fals sangat sederhana, no profile, dan tidak ingin diagungkan pada saat bercengkrama dengan para Fansnya. memang suatu kebanggan jika dapat foto berdua bersama Iwan, pernah suatu ketika dalam otak saya terpikir bahwa " Saya rela sakit keras untuk dapat berfoto bersama Iwan Fals " !!! Hahahaaa.. mungkin memang gila, tapi mungkin juga itu jalan untuk saya dapat melengkapi keinginan terakhir saya tentang kecintaan saya kepada H.Iwan Fals. tapi saya berharap masih ada jalan yang lebih baik lagi dari itu, karena jujur saya takut disuntik.... Hahaa.. namun apapun yang terjadi, Iwan Fals adalah sosok yang telah meracuni Otak saya dengan lagu lagunya dan mengakar dalam darah daging saya. sampai saat ini masih menjadi motivasi bagi saya dalam mengarungi Lembah hidup yang kejam nan Indah...
Mpim Bersama Senja.
sekitar pertengahan tahun 1998, tepatnya waktu itu masih duduk di kelas Empat SD. pertama kali saya mengenal lagu Iwan Fals, berawal dari mendengar lagu "IBU" di rumah seorang kawan yang tak jauh dari rumah. Awalnya sempet bingung dan bertanya tanya, " lagu siapa nihh.. ?" enak juga !! karena waktu itu saya bener bener gak tahu sosok Iwan. saya bertanya pada kawan yang usianya jauh lebih tua diatas saya, " lagu Iwan Fals ". jawab kawan dengan lantang ! waktu itu baru lagu "IBU" saja yang saya suka, mungkin karena lagunya yang enak dan liriknya yang sedikit mengena buat saya pribadi. setiap lagu "IBU" habis terputar tak ragu saya memutar kembali lagu "IBU", maklum waktu itu masih jaman jamannya kaset. sampai saya bosan dan liriknya mulai sedikit nyangkut di otak... mulai dari situlah saya mulai minjem minjem kaset Iwan dari kawan rumah maupun sekolah dan saya puter dirumah. lambat laun saya mulai suka lagu lagu Iwan yang lainnya, seperti Buku Ini Aku Pinjam, ENTAH, Oemar Bakrie Pesawat Tempur dan lagu Iwan lainnya. benih kecintaan terhadap Iwan mulai tumbuh dalam diri saya, rasa ingin tahu lebih dalam tentang Iwan semakin besar. waktu itu belum jamannya internet ataupun handphone, jadi saya banyak cari tahu tentang Iwan dari kawan kawan disekitar lingkungan rumah ataupun disekolah. selain cari tahu tentang sosok Iwan saya mulai menjalar dengan mengkoleksi Foto, Sticker, tulisan tulisan, kaset dan lainnya yang berbau Iwan Fals. Rasa kagum saya tak hanya sampai disitu, rasa ingin lebih mengenal sosok Iwan Fals semakin besar, saya mulai mengikuti setiap konser konser Iwan yang diadakan dirumahnya yakni di Desa Leuwinanggung-Depok, waktu itu sekitarawal tahun dua ribuan.
setiap kegiatan yang di adakan oleh pihak Iwan atau menejemennya selalu saya update. namun dari awal saya mengenal Iwan sampai saat ini sampai tulisan ini saya buat, dari setiap konser ataupun acara Iwan yang saya ikuti belum pernah ada kesempatan buat saya pribadi untuk dapat berfoto berdua bersama Iwan Fals, hanya baru dapat merasakan berjabat tangan secara eksklusif dengan Sang Maestro saja, karena yang saya tahu memang sosok Iwan Fals sangat sederhana, no profile, dan tidak ingin diagungkan pada saat bercengkrama dengan para Fansnya. memang suatu kebanggan jika dapat foto berdua bersama Iwan, pernah suatu ketika dalam otak saya terpikir bahwa " Saya rela sakit keras untuk dapat berfoto bersama Iwan Fals " !!! Hahahaaa.. mungkin memang gila, tapi mungkin juga itu jalan untuk saya dapat melengkapi keinginan terakhir saya tentang kecintaan saya kepada H.Iwan Fals. tapi saya berharap masih ada jalan yang lebih baik lagi dari itu, karena jujur saya takut disuntik.... Hahaa.. namun apapun yang terjadi, Iwan Fals adalah sosok yang telah meracuni Otak saya dengan lagu lagunya dan mengakar dalam darah daging saya. sampai saat ini masih menjadi motivasi bagi saya dalam mengarungi Lembah hidup yang kejam nan Indah...
Mpim Bersama Senja.
Sabtu, 09 April 2011
Iwan Fals Menggoyang Karawang Dalam Konser Xtraligi
Iwan Fals memukau ribuan warga kabupaten karawang, Jawa Barat, saat menggelar konser musik dan pengajian bersama Iwan Fals di pesantren Al-Magfiroh, di Lapangan Karangpawitan, Selasa 05 April 2011 malam. Ribuan penonton dan penggemarnya yang tergabung dalam Oi Kota Karawang dan luar kota karawang. Mulai bernyanyi bersama saat Iwan membawakan lagu pertama, Ujung Aspal Pondok Gede. Dilanjutkan lagu kedua yang berjudul Tikus Tikus Kantor, Tanam, dan Menanti Seorang Kekasih. Dalam penampilannya, penyanyi yang memiliki nama asli Virgiawan Listanto itu diiringi Grup Musik Ki Ageng Ganjur pimpinam Dr Zastrouw ( Mantan ajudan presiden KH. Abdurrahman Wahid ). Iwan semakin memukau penonton dan para penggemarnya saat menampilkan lagu Hitsnya Nyanyian Jiwa. Secara serempak penonton yang memadati Lpangan Karangpawitan bernyanyi bersama Iwan sambil berjingkrak-jingkrak. Iwan mengakhiri konser dan pengajian tersebut dengan menyanyikan lagu Dendam Damai, diakhiri dengan Shalawat bersama.kehadiran Iwan bersama grup Ki Ageng Ganjur itu sendiri merupakan rangkaian acara perjalanan spiritual Iwan Fals ke 99 Pesantren. Sebelum ke Karawang, Iwan juga sudah mendatangi kabupaten Subang dan Purwakarta. Selanjutnya, Iwan akan hadir di Cianjur dalam kegiatan yang sama. Selain diisi dengan konser seni dan budaya, kegiatan itu juga diisi dengan penanaman 1.000 pohon.
Sabtu, 26 Maret 2011
Jumat, 25 Maret 2011
Iwan Fals Mendapat Penghargaan Pemerintah
![]() |
Virgiawan Listanto. |
Kantata Takwa Bangkit Kembali!
Masih ingat dengan lagu seperti Mata Dewa, Nyanyian Jiwa? Yup dua judul tadi merupakan milik sebuah supergrup musik yang bisa dikatakan legendaris di tahun 90an. Grup yang berhenti di tahun 1997 ini kembali lagi dengan personil lamanya seperti Setiawan Djodi, Sawong Jabo, Iwan Fals, Dodi Katamsi dan Totok Tewel. Namun sayangnya Jockie Suprayogo serta Donny Fattah tak bisa ikut dalam reuni ini.
Kembalinya Kantata Takwa juga diikuti dengan penampilannya yang mana mereka akan menggelar 2 konser sekaligus untuk menyambut hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 25 Maret di TVRI serta 20 Mei di Bandung. Setiawan Djodi menuturkan bahwa rencana ini sudah lama dipersiapkan serta tertunda lama. Dan di penampilannya besok Jumat menurut Djodi sebagai soft launching untuk konser besar mereka. "Hari ini workshop pertama sekalian sama teman-teman, ada Jabo. Dan Iwan harusnya ada tapi karena lagi umroh. Intinya bersama Dody, Totok Tewel, Pakar, Eddy kita latihan untuk hari Kebangkitan Nasional nanti 20 mei. Ini soft launching semoga bisa launching besar di 20 mei nanti," ujarnya. Dijumpai di preskon konser kembalinya Kantata Takwa menyambut Hari Kebangkitan Nasional yang digelar di kediaman Setiawan Djody, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (23/3), Djody juga menuturkan berbagai persiapan untuk konser nanti serta bagaimana konsep acaranya. "Saya akan dialog mengenai Budi Utomo dulu baru soal konser dan saya akan menyanyikan 3 lagu sebagai penutup. Saya berterima kasih untuk semuanya, jadi walaupun kita main di TVRI ternyata responnya banyak dan ternyata ini salah satu bentuk perjuangannya," terangnya. Alasan pengusaha serta budayawan ini memilih TVRI sebagai stasiun televisi yang menayangkan konsernya, menurutnya karena TVRI bisa dilihat oleh seluruh orang di Indonesia. Bagi Djodi konser ini bukan lah rasa kangennya akan dunia musik, melainkan sebuah rasa konsistensinya. "Ini lebih pada bentuk perjuangan dan ini konsistensi saya. Saya terakhir bikin lagu itu tahun 1997 dan kemudian saya berhenti dan mulai main lagi di tahun 2003. Di parkir timur dan setelah itu nggak boleh di pakai sama mbak Mega (Megawati)," tukasnya.
Kembalinya Kantata Takwa juga diikuti dengan penampilannya yang mana mereka akan menggelar 2 konser sekaligus untuk menyambut hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 25 Maret di TVRI serta 20 Mei di Bandung. Setiawan Djodi menuturkan bahwa rencana ini sudah lama dipersiapkan serta tertunda lama. Dan di penampilannya besok Jumat menurut Djodi sebagai soft launching untuk konser besar mereka. "Hari ini workshop pertama sekalian sama teman-teman, ada Jabo. Dan Iwan harusnya ada tapi karena lagi umroh. Intinya bersama Dody, Totok Tewel, Pakar, Eddy kita latihan untuk hari Kebangkitan Nasional nanti 20 mei. Ini soft launching semoga bisa launching besar di 20 mei nanti," ujarnya. Dijumpai di preskon konser kembalinya Kantata Takwa menyambut Hari Kebangkitan Nasional yang digelar di kediaman Setiawan Djody, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (23/3), Djody juga menuturkan berbagai persiapan untuk konser nanti serta bagaimana konsep acaranya. "Saya akan dialog mengenai Budi Utomo dulu baru soal konser dan saya akan menyanyikan 3 lagu sebagai penutup. Saya berterima kasih untuk semuanya, jadi walaupun kita main di TVRI ternyata responnya banyak dan ternyata ini salah satu bentuk perjuangannya," terangnya. Alasan pengusaha serta budayawan ini memilih TVRI sebagai stasiun televisi yang menayangkan konsernya, menurutnya karena TVRI bisa dilihat oleh seluruh orang di Indonesia. Bagi Djodi konser ini bukan lah rasa kangennya akan dunia musik, melainkan sebuah rasa konsistensinya. "Ini lebih pada bentuk perjuangan dan ini konsistensi saya. Saya terakhir bikin lagu itu tahun 1997 dan kemudian saya berhenti dan mulai main lagi di tahun 2003. Di parkir timur dan setelah itu nggak boleh di pakai sama mbak Mega (Megawati)," tukasnya.
Selasa, 22 Maret 2011
Iwan Fals Tetap Gelisah
Setiap kita melihat, membaca, atau berbicang langsung, satu hal yang tak pernah lepas dari Iwan Fals adalah kelugasannya. Apa yang diucapkannya, itulah yang menjadi keyakinannya, dan itu pula yang dilakukannya. Wujud nyata dari hal yang bernama intergritas: satunya antara kata dengan perbuatan. Satu hal yang mungkin masih langka di negeri tercinta ini. Bicara kelugasan, ini pula yang bisa kita baca dari wawancara terbaru Iwan Fals dengan Kompas di bawah ini. Selamat membaca.
Iwan Fals (49) tetap menyanyikan kegelisahan rakyat. Kini ia gelisah dengan masalah lingkungan hidup yang semakin parah. Dia juga berdoa dalam lagu. Itulah yang ia sodorkan pada album terbarunya ”Keseimbangan”. Kami mengobrol dengan lelaki bernama Virgiawan Listanto itu di salah satu sudut halaman rumahnya di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, yang teduh dan hijau oleh rindang pepohonan dan rerumputan.
Sore itu Iwan habis latihan bersama rekan-rekan musisi, seperti Toto Tewel (gitaris), Edi Daromi (keryboards), Deni Kurniawan (drum), dan Heirie Buchaery (bas). Ia bercerita tentang PT Tiga Rambu, perusahaan yang dikelola oleh keluarga Iwan, termasuk istrinya, Rosana Listanto, yang akrab disapa dengan panggilan Yos, serta anaknya, Anissa Cikal Rambu Basae.
Nama Tiga Rambu diambil dari nama tiga anak Iwan, yaitu Galang Rambu Anarki (1982-1997), Anissa Cikal Rambu Basae (25), dan Rayya Rambu Robbani (7). Tiga Rambu tengah menyiapkan Iwan dan kelompoknya untuk perjalanan keliling ke sejumlah pelosok. Ia menyiapkan sebuah mobil yang khusus dirancang untuk perjalanan kelompok musik yang mengembara dari satu kota ke kota lain, termasuk ke komunitas pesantren dan nelayan. Inilah babakan baru kehidupan Iwan sebagai seniman. Ia bisa dengan lebih akrab mendekati pendengarnya dan menyuarakan keresahan orang-orang di sekitarnya lewat lagu langsung ke telinga rakyat. Lingkungan, Masalah lingkungan memang bukan tema baru dalam lagu-lagu Iwan. Awal tahun 1980-an dia sudah menyanyikan ”Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” sampai ”Tak Biru Lagi Lautku”. Dalam Keseimbangan ada empat lagu, seperti ”Hutanku”, ”Pohon untuk Kehidupan”, ”Tanam Siram Tanam”, dan ”Ayolah Mulai”. Ini kegelisahan Anda? Ini bermula dari kekhawatiran aku tentang alam. Orang bilang sekarang terjadi global warming, pemanasan global. Kutub utara sudah mencair, malah ada yang bilang bumi sudah tidak bundar lagi sehingga putarannya enggak bener dan cuaca tak bisa diduga. Bumi diambilin emas, tambang, dan hutannya. Populasi penduduk bertambah, perang. Waduh….Tetapi, kan tidak terus mentok, terus khawatir. Tapi harus ada jalan keluar. Kita enggak bisa terus mengeluh. Aku percaya itu akan didengar petani, nelayan terpanggil untuk kerja. Siapa tahu dengan lagu itu ada harapan, kesadaran. Mati, itu sudah pasti, maka kita ngomong kehidupan saja. Mengapa makin fokus ke lingkungan? Umur juga, ya, ha-ha-ha... Dulu nyanyi tentang lingkungan buat gagah-gagahan saja. Aku (dulu) nyanyi tentang hutan dan erosi. Sekarang ini tak ada pilihan lain. Ini jawaban buat krisis lingkungan hidup. Dan faktanya kita sudah terancam dari-mana-mana, dari atas dari bawah. Enggak ada jalan, kecuali kerja untuk kehidupan. Caranya masing-masing. Tak ada istilah terlambat. Anda mengajak fans untuk menanam? Kita ajak mereka nanem. Dulu ada gerakan Indonesia Menanam di Kemayoran dan aku terlibat juga. Kemarin ini, ini kita nanem di Jonggol. Kami juga menanam mangrove di Pekalongan, Cianjur, dan lainnya. Jonggol itu tanah pribadi aku. Ada sekitar 20 hektar yang dulunya lahan kering. Pohon-pohon ditebangin karena dulu katanya mau dibuat perumahan. Aku lihat tanah telantar aku beli. Ya sudah rezeki. Kita mau hutanin, Kami tanam 5.000 pohon. Sebelumnya kawan-kawan Oi (ormas yang mayoritas anggotanya penggemar Iwan) menanam 1.000 pohon. Sebelumnya ada teman-teman dari Go Blue mengajak kami balik ke laut. Katanya, laut itu lumbung terakhir. Terumbu karang sudah tinggal 6,2 persen yang sehat. Sementara 60 persen orang kita tinggal di pesisir. Lha, itu kan rumah ikan. Kalau ikan enggak ada, lalu gimana?” Seratus persen Iwan sadar benar akan posisinya sebagai penyanyi, penulis lagu. Di satu sisi, ia tetap memegang idealismenya. Di sisi lain, ia paham kondisi industri musik Tanah Air. Saat berangkat masuk industri, ia bekompromi bahwa 70 persen untuk idealisme dan 30 persen untuk melayani kepentingan industri. Kini dengan Tiga Rambu, Iwan memang 100 persen idealisme itu. Kini Tiga Rambu-lah yang meladeni Iwan 100 persen. ”Album ini diurus anak dan istri. Yos sama Cikal. Yos jadi direktur. Sebenarnya aku komisaris he-he-he, tapi minta mundur. Aku konsen nyanyi sajalah. Ternyata mereka sudah dua tahun kerja. Aku kaget juga. Walau terengah-engah, dia semua yang ngurus. Aku ya cuma gini-gini saja. Konserku dalam setahun dibuatin sama dia. Pakai tema pula. Kemarin tentang ASI, green peace, almarhum Munir, guru. Akhirnya aku jadi manja juga ha-ha-ha.... Kalau main, konser gitu-gitu saja males juga. Harus ada yang disampaikan. Dapet duitnya sih enak, tapi kalau cuma tepuk tangan untuk apa, males juga.” Sikap ini sebenarnya sudah sejak dari dulu ketika aku berangkat main musik. Niat aku sudah begitu. Kita bisa berbuat sesuatu kok lewat musik. Buktinya ada lagu ”Maju Tak Gentar”, jadi berdaya benar musik itu. Kita bisa omong tentang pohon, politik, Tuhan. Tempatku bukan di klangenan.” ”Cuma karena aku masuk industri, aku ikut arus dan menyanyi (yang 30 persen) itu. Tapi jalurku sebenarnya tetap di situ (berbuat sesuatu lewat musik). Apalah anak umur 19 tahun waktu itu. Tapi, aku cukup gelisah dan aku tak menyerah. Aku bilang sama perusahaan rekaman, ’Oke 30 persen aku ladeni kamu dan 70 persen buat aku.’ Apakah jadinya 50 persen atau berapa aku enggak tahu ha-ha-ha.... Tapi, dalam perjalanan akhirnya sekarang aku 100 persen. Itu setelah aku dipegang sama istriku.”
Gamang dalam perjalanan hidupnya, Iwan pernah sangat terpukul, yaitu ketika ia kehilangan seorang anaknya. Ia memerlukan waktu 10 tahun untuk menerima kenyataan hidup. Ia menyebut masa-masa itu sebagai krisis. Salah satu penguat jiwanya pada masa krisis itu adalah syair yang ia dapat dari Perguruan Silat Bangau Putih. Syair itu dibuatnya menjadi lagu berjudul ”Suhu” yang dinyanyikan di album Keseimbangan.
”Suhu”:
Kekuatan ada batasnya, keluwesan tak ada batasnya
Tak ada Kuda-kuda yang tak bisa dijatuhkan
Karena itu geseran lebih utama
Keunggulan geseran terletak pada keseimbangam
Rahasia keseimbangan adalah kewajaran
Wajar itu kosong
Membentur dapat diukur, menempel sukar dikira
Mundur satu langkah maju delapan langkah
Kosong dan isi bergantian menurut keadaan
Bagaimana lagu itu muncul?
Ada teman dari Perguruan Silat Bangau Putih yang mengingatkan aku. Waktu itu aku punya krisis dan syair itu menolong aku. Aku gathuk-gathukin—dihubungkan. Dengan semesta, apa bedanya kita dengan semesta. Manusia kan cuma miniatur alam. Waktu aku mendengar syair itu, aku terbantu, siapa tahun alam juga terbantu dengan syair tentang keseimbangan. Jadi, enggak bisa kita dengan kekerasan. Siapa tahu itu jadi inspirasi bagi penggerak lingkungan, pencinta kemanusiaan, atau orang yang ingin hidup lebih baik. Dalam menghadapi persoalan aku tak bisa main hantam. Harus memunguti hikmah-hikmah. Ini yang dimaksud geseran. Kita enggak bisa hadapi itu dengan main hantam. Bisa mati kita. Ternyata aku perlu waktu 10 tahun menghadapi itu dan baru selesai sekarang. Itu masalah kehilangan. Padahal, semua orang sebenarnya tahu akan kehilangan. Untuk ikhlas itu susah. Sebelumnya untuk mengatasi rasa kangen itu aku sampai nangis-nangis. Tapi, ternyata masih banyak persoalan hidup yang lain. Politik dan amarah Lagu-lagu yang dinyanyikan Iwan dulu bagai penyambung suara kegelisahan rakyat. Nakal, galak, dan komikal. Ada pula rasa amarah. Tersebutlah ”Guru Oemar Bakri”, ”Wakil Rakyat”, ”Ambulan Zig-Zag”, ”Bongkar”, dan ”Bento”.
Situasi sekarang tak cukup menggelisahkan Anda? Sebenarnya aku agak bingung juga. Banyak masalah di negeri ini. Ada kasus Century, hakim sogokan. Tapi, begitu ada tsunami, aku jadi imun. Bukan dalam arti negatif ya. Tapi, ujungnya kok cuma itu: Bencana. Berapa ratus ribu orang meninggal. Terus kerusuhan. Ah....
Tsunami? Jadi, sepertinya akhirnya ini harus alam yang menyelesaikan. Alam juga punya aturan, bukan hanya manusia. Kalau pinjam istilah Mas Willy (sebutan untuk almarhum Rendra) kan ada alam besar dan alam kecil. Itu tak boleh dilanggar. Enggak makan kita lapar, nebang pohon pasti banjir. Kita harus taat hukum alam itu. Tsunami itu jawaban tentang kehancuran yang kita buat. Tsunami itu puncak dari daya mati. Kita harus mengurus kehidupan. Sudah lelah dengan politik dan tidak marah lagi? Siapa sih yang enggak marah kalau dengar cerita tentang manusia di koran, di TV. Marah dengan sinis, karikatural, bercanda bisa. Tapi, marah seperti orang demo enggak bisa. Marah itu merusak jeroan. Dulu aku tak tahu itu. Nakal dan bijak
Kenakalan Iwan sudah hilang? Lho, aku makin nakal kan makin enggak keliatan ha-ha-ha..., aku tidak menganggap remeh hidup. Hidup kan cuma mampir ngombe-minum. Kalau nakal kurang ajar, sudah enggak. Mungkin dulu zaman muda, aku penuh prasangka. Sekarang banyak pelajaran tentang prasangka-prasangka. Lihat kenyataannya saja. Nyatanya kru aku susah bayar listrik. Dulu tak perlu kenyataan seperti dan aku berani nuduh-nuduh. Mungkin itu maksudnya nakal. Bagaimana mungkin emosiku sama seperti ketika aku nyanyi ”Oemar Bakri”. Bedalah, wong dulu aku bikin lagu itu umur 17 tahun dan sekarang umur aku hampir 50. Mungkin, aku lebih gendeng lagi. Dulu aku menafsirkan sesuatu dengan sinis. Mungkin, sekarang aku enggak sinis.
Makin bijak? Mungkin aku sudah ngalamin bijak sampai uban keluar semua ha-ha-ha. Sok bijak dan jaim. Aku lewati tahapan itu dan mungkin bosen juga. Ah, aku ngglundung saja. Hidup mengalir saja. Lagu ”Menanti Kekasih” itu dua kali direkam dengan gaya yang berbeda. Apakah ada penafsiran baru? Ah, waktu itu aku sebel dikasih lagu pacar-pacaran seperti itu. Tapi, itu masuk yang 30 persen tadi. Makanya, aku (dalam lagu) pakai ”asyik...”. Tapi aku komit dengan yang 30 persen itu. Tapi dalam perkembangan zaman, kekasih itu kan enggak harus kekasih, pacar. Rupanya ada yang menerjemahkan kekasih itu sebagai Tuhan. Waduh, enggak boleh main-main lagi aku. Dan itu cocok di umurku sekarang untuk menafsirkan itu. Jadi lebih serius.
Anda intens bicara tentang Tuhan.
Soalnya aku bingung mau ngadu ke mana? Jalan keluar kita juga berdoa kepada Tuhan. Kenapa negeri ini, masa depan seperti apa, gimana, kok gelap terus, kapan cerahnya?
Doa
”Pikiran dan hati ini gelisah
Menimbang masa depan dengan gamang
Sungguh hati ini tak tenang
Sungguh kami takut, Ya Allah...”
Anda seperti berdoa pada lagu ”Ya Allah Kami”?
Itu puncak kenakalan justru he-he-he aku enggak mau kaku ke Tuhan. Aku ingin bercanda dengan Tuhan. Tuhan mahabercanda juga. Jadi, makin enggak takut. Aku seperti tak nyanyi, tapi bermain dengan syair itu. Masih bisa bikin dan nyanyi lagu cinta remaja? Aku perlu ngikutin mereka. Tapi, aku sudah tak punya tenaga untuk itu (membuat lagu cinta remaja). Dan aku tak mau. Waktuku bisa habis. Aku bawa diri aku saja sekarang. Kalau mereka bisa menerima ya alhamdulillah. Tapi aku enggak mungkin menjadi orang lain (Oleh Myrna Ratna & Frans Sartono | Source : Kompas, 9 Mei 2010) ***
Xtraligi spiritual bandung 06/03/2011
![]() |
pesan dari Kanjeng romo KH. Iwan Fals " kalau mau air tanam pohon dan siram, dan jangan lupa sholat".
Nostalgia Dipenjara Suci ( Pon-Pes Asshiddiqiyah Tangerang)
Minggu, 20 febuari 2011. mentari bersinar cerah dengan hamparan langit biru sebagai permadani tuhan yang kokoh, burung burung pipit terbang hilir mudik diantara ganggang yang basah dan lembab sambil menari kecil dan bersiul merdu seperti nyanyian sumbang pada air terjun dipuncak mahameru, aku masih tampak kucal sisa tidur semalam yang tak begitu nyenyak. jelas saja semalaman aku tak dapat tidur, bukan karena aku kebanyakan ngopi atau berisik tangis bayi tetangga sebelah, tapi mumet mikirin sripsi yang mulai menyerang syaraf syaraf bagian otak. " waduuhh... kayaknya gue butuh refresing nih!!" gumamku dalam hati sambil menggaruk kepala yang memang terasa sedikit gatal.
waktu dengan cepat berganti,
waktu dengan cepat berganti,
Minggu, 20 Maret 2011
Negeri Topengku
Salam untuk jiwa jiwa yang penuh dengan cinta.. Hom santi santi hom.
kini aku tak perduli dengan hidup yang semakin penuh dengan keserakahan, seperti seekor kadal yang bertahan pada bongkahan batu syafir yang membeku oleh waktu.. malah, aku semakin tak ingin tahu menahu tentang hidup yang katanya hanya sekali ini. aku hanya tahu dan ingin selalu tahu tentang apa yang ingin aku lakukan atas dasar HATI NURANI. dulu Ibu pernah bercerita tentang keelokan negeriku, tentang bersahajanya negeriku, orang orang hidup rukun dan makmur.... tapi itu dulu.....
mungkin dulu belum banyak Iblis yang terlahir dari ubun ubun manusia, namun sekarang banyak setan, dajal, bahkan mungkin tuyul yang menjelma sebagai manusia.
sekarang manusia dinegeriku banyak yang sakit, banyak yang gila, mungkin juga banyak yang bukan manusia !! Hahaha.... syetan alas !!!! Oohh Ibu, kemana manusia manusia yang kau ceritakan itu??? sekarang dinegeriku yang ada Pemerintahnya banyak yang tidur waktu rapat, menteri menteri banyak yang linglung waktu rapat, pejabatnya gila harta.. dinegeriku sekarang ruwet, banyak orang yang berani bayar mahal untuk bekerja, bukannya bekerja untuk mencari uang... malah membayar !!!
Dimana sebenarnya pemerintah dinegeriku Ibu??? mari kita mati saja !!! agar tuhan tak ikut marah kepada kita.
katanya negeriku kaya alamnya, katanya negeriku sumber harta, malah katanya di negeriku kayu bisa jadi pohon.. alahh.. semakin gila !!! justru yang bener dinegeri kita itu kaya akan orang yang mendzolimi sodaranya, kaya akan orang orang gila akan tahta. bagaimana kalau di suntik mati saja??? Ahhhh .. kashian anak istri mereka, kita do'akan saja agar cepat sembuh.
Mpim.
kini aku tak perduli dengan hidup yang semakin penuh dengan keserakahan, seperti seekor kadal yang bertahan pada bongkahan batu syafir yang membeku oleh waktu.. malah, aku semakin tak ingin tahu menahu tentang hidup yang katanya hanya sekali ini. aku hanya tahu dan ingin selalu tahu tentang apa yang ingin aku lakukan atas dasar HATI NURANI. dulu Ibu pernah bercerita tentang keelokan negeriku, tentang bersahajanya negeriku, orang orang hidup rukun dan makmur.... tapi itu dulu.....
mungkin dulu belum banyak Iblis yang terlahir dari ubun ubun manusia, namun sekarang banyak setan, dajal, bahkan mungkin tuyul yang menjelma sebagai manusia.
sekarang manusia dinegeriku banyak yang sakit, banyak yang gila, mungkin juga banyak yang bukan manusia !! Hahaha.... syetan alas !!!! Oohh Ibu, kemana manusia manusia yang kau ceritakan itu??? sekarang dinegeriku yang ada Pemerintahnya banyak yang tidur waktu rapat, menteri menteri banyak yang linglung waktu rapat, pejabatnya gila harta.. dinegeriku sekarang ruwet, banyak orang yang berani bayar mahal untuk bekerja, bukannya bekerja untuk mencari uang... malah membayar !!!
Dimana sebenarnya pemerintah dinegeriku Ibu??? mari kita mati saja !!! agar tuhan tak ikut marah kepada kita.
katanya negeriku kaya alamnya, katanya negeriku sumber harta, malah katanya di negeriku kayu bisa jadi pohon.. alahh.. semakin gila !!! justru yang bener dinegeri kita itu kaya akan orang yang mendzolimi sodaranya, kaya akan orang orang gila akan tahta. bagaimana kalau di suntik mati saja??? Ahhhh .. kashian anak istri mereka, kita do'akan saja agar cepat sembuh.
Mpim.
Langganan:
Postingan (Atom)